Senin, 06 Agustus 2007


REFLEKSI UNTUK AKTIVIS DAKWAH

Ya Muqollibal Qulub Tsabbit qolbi ‘ala diinik…
Ya Muqollibal Qulub Tsabbit qolbi ‘ala da’watik...


Love is a give (Cinta adalah berkah)…
Bahkan salah seorang ikhwah mengatakan:
Love is the essence of life (Cinta adalah inti sari kehidupan)…
Cinta 4JJI yang membuat bumi ada…
Cinta 4JJI yang membuat sang surya bersinar…
Cinta antar manusia yang membuat hidup tenteram dan nyaman…
Ketika kita mencintai, tidak ada kata pamrih disana…
Yang ada hanya memberi tanpa mengharap menerima…


Mirip seperti itulah hakikat menjadi da’I…
Dia harus siap mengorbankan hidup dan matinya demi da’wah…
Dia selalu memberi utk Islam, tanpa mengharapkan menerima utk setiap kerja da’wahnya…
Itulah ikhlash…
Siap menjadi jundi dan pada saat yang sama siap menjadi qiyadah…
Siap mengeluarkan uang utk da’wah…
Siap mengeluarkan tenaga utk da’wah…


Ana teringat kata Ust. Darlis:
Bahwa hubungan ikhwan dan akhwat aktivis da’wah adalah seperti saudara…
Cukup sampai disana…
Kalaupun terjadi gangguan hati yang merupakan sunnatulloh akibat adanya interaksi,
Tidak akan melebihi taraf SIMPATI antar kader
(SIMPATI : SIMPan dAlam haTI)…
Kecuali 4JJI memberikan kesempatan padanya utk menyelesaikan setengah agamanya…

Jika 4JJI telah menentukan jodoh utk kita, bahkan sebelum kita lahir,
Mengapa kita takut menjadi perawan tua atau jejaka jomblo…?
Masih panjang langkah da’wah kita…
Masih begitu banyak lahan da’wah yang belum kita jamah…
Ada satu hal yang akan datang dengan sendirinya pada anda, yaitu Jodoh…
Sehingga jangan sampai hal ini membuat kita ragu akan janji 4JJI pada kita…
Jangan sampai da’wah kita berpenyakit hanya karena masalah ini…
Sangat cengeng dan kekanak-kanakan,
Bila sampai ada aktivis da’wah yang terjangkiti hal ini (VMJ: Virus Merah Jambu)…

Da’wah adalah sesuatu yang suci…
Qod aflaha man zakkaha (Beruntunglah orang yang membersihkan diri)…
Wa qod khoba man dassaha (Dan celakalah orang yang mengotori dirinya)…

Selasa, 17 Juli 2007

*^*( KEMANA HARI-HARI-MU DIGUNAKAN )*^*

Cerahnya hari tak secerah embun pagi, wanginya nya melati tak seharum kasturi. waktu terus berlalu, detik mengantikan menit, siang mengantikan malam. begitulah hari tanpa kita sadari ia kan terus berlalu.

apa yang sudah ku berikan hari ini?, apa yang telah ku korbankan untuk hari ini? dan apa yang telah ku lakukan untuk hari esok?. apakah semua ini untuk 4JJI...???.
rasanya hati ini belumlah iklas pada 4JJI swt, rasanya hati ini belumlah seteguh embun pagi yang selalu iklas meningalkan bekas di dedaunan. ya 4JJI...ampuni dosa hamba mu yang dhoif ini, ampunilah segala apa yang telah hambalakukan selama ini. begitu banyak dosa dan nista yang telah hamba lakukan. tapi nikmat-mu tak terhingga setinggi gunung pencakar langit di awan.


Ampunilah dosa-dosa-ku ya 4JJI.....>>>>
Kuatkalah iman-ku agar tetap berada di jalan-mu yang lurus ini.

Minggu, 15 Juli 2007

gue anak rantauan


Nama gue u5k4r, gue anak rantauan dari seberang pulau (tepatnya di pulau Dabo Singkep). gue udah hampir 3,5 tahun berkelana mencari ilmu di perantauan orang ( Riau). gue anak bungsu dari empat bersaudara, dan gue anak kesayangan di keluarga gue. karena gue anak bungsu makanya gue selalu dimanjain. tapi gue gak suka menyusahkan OrTu gue maupun keluarga gue, soalnya gue merasa punya tanggung jawab kepada keponakan gue nantinya.

sebenarnya sieh....gue gak dikasi orang tua gue merantau jauh-jauh (Riau), maklumlah...anak MaMi (he he he..), gue selalu diperhatikan disaat gue mau pergi. gue bersyukur banget masih bisa kuliah, soalnya banyak temen-temen gue di kampung yang gk bisa melanjutkan kuliah lantaran mereka kurang mampu untuk membiayai kuliah. padahal gue juga merasa sama seperti mereka gak mampu juga untuk kuliah.tapi karena bermodal nekat dan berikhtiar kuat pada Allah swt maka gue berani mengambil keputusan untuk terus melanjutkan kuliah walaupun OrTu gue merasa kurang mampu untuk membiayai gue kuliah. tapi gue yakin Allah maha penyayang kepada hammbanya.

teruskan perjuangan mu U5K4R. jangan kau sia-siakan kesempatan yang sudah Allah berikan.

salam perjuangan " 4JJI...huakbar'''''''.....@#@

Sabtu, 14 Juli 2007

<*^* JANGAN TAKUT BILANG CINTA *^*>

Tatkala usia terus merangkak naik sementara calon suami tak kunjung datang, segera keresahan mulai melanda. Pada masa-masa yang terbilang cukup rawan ini seringkali tanpa disadari, ada perilaku-perilaku yang mestinya tak layak dilakukan oleh seorang muslimah yang ‘kadung’ dijadikan teladan dilingkungannya. Ada muslimah yang menjadi sangat sensitif terhadap acara-acara pernikahan ataupun wacana-wacana seputar jodoh dan pernikahan. Atau bersikap seolah tak ingin segera menikah dengan berbagai alasan seperti karir, studi maupun ingin terlebih dulu membahagiakan orang tua. Padahal, hal itu cuma sebagai pelampiasan perasaan lelah menanti jodoh.

Sebaliknya, ada juga muslimah yang cenderung bersikap over acting. terlebih bila sedang menghadiri acara-acara yang juga dihadiri lawan jenisnya. Biasanya, ia akan melakukan berbagai hal agar “terlihat”, berkomentar hal-hal yang tidak perlu yang gunanya cuma untuk menarik perhatian, atau aktif berselidik jika mendengar ada laki-laki shaleh yang siap menikah. Seperti halnya wanita dimata laki-laki, kajian dengan tema “lelaki” pun menjadi satu wacana favorit yang tak kunjung usai dibicarakan dalam komunitas muslimah.

Haruskah terus menerus bersikap membohongi diri seperti contoh pertama diatas. Betapa lelahnya kita ketika harus berbuat seperti itu sementara seolah tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu dan berharap semoga Allah segera mendatangkan pilihan-Nya. Atau masihkah tidak merasa malu untuk menghinakan diri dengan aksi over acting dan ‘caper’.

Menurut Fauzil Adhim, banyaknya muslimah yang belum menikah di usianya yang sudah cukup rawan bukannya tidak siap, tetapi karena mereka tidak pernah mempersiapkan diri. Kesiapan disini, termasuk di dalamnya adalah kesiapan untuk menerima calon yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan sebenarnya, meski jika ditilik kembali sesungguhnya lelaki tersebut sudah memiliki persyaratan yang ’sedikit’ lebih dibanding lelaki biasa. Misalnya, setidaknya sholatnya benar, akhlaqnya baik, tidak berbuat syirik dan pergaulannya tidak jauh dari orang-orang shaleh. Artinya, lanjut Fauzil, tidak usah mematok kriteria terlalu tinggi. Walaupun sebenarnya, sah-sah saja untuk melakukannya.

Pada keadaan tertentu, seringkali para muslimah seperti tidak berdaya mengatasi kelelahannya mencari -menunggu- jodoh. Padahal, ada satu hal yang boleh dan sah saja untuk dilakukan oleh seorang muslimah, yakni menawarkan diri untuk dipinang. Hanya saja, selain masih banyak yang malu-malu membicarakannya, banyak pula yang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tabu, karena tidak pernah dicontohkan oleh para orang tua kita. Asalkan pada lelaki yang baik-baik, dalam pandangan Islam sah-sah saja wanita menawarkan diri untuk dipinang.

Senada dengan Fauzil Adhim, Ustadz Ihsan Tanjung dalam salah satu rubrik konsultasi keluarga pernah mengatakan, seorang muslimah sebaiknya mengungkapkan perasaannya -keinginannya untuk dilamar- kepada seorang lelaki shaleh yang menjadi pilihannya, ketimbang dia lebih mungkin terkena dosa zina hati karena terus menerus mengharapkan si lelaki tanpa kejelasan atau kepastian.

Hanya saja, yang mungkin perlu diperhatikan adalah seberapa tinggi daya tawar yang dimiliki oleh para muslimah itu ketika dia harus mengungkapkan perasaannya. Pertanyaan yang sering muncul adalah “seberapa pantas dirinya” saat meminta si lelaki untuk melamar dan menikahinya. Untuk hal ini, sepantasnya bukan kata-kata terlontar dari mulut untuk mengkhabarkan kepantasan diri. Namun, dengan mempertinggi kualitas keshalehahan tanpa mengagungkan kecantikan wajah, mengkedepankan akhlaq yang baik sebagai pakaian sehari-harinya disamping juga ia perlu membenahi penampilannya untuk sekedar meningkatkan kepercayaan diri, dan menjaga mata pandangannya untuk selalu bercermin kepada hati, karena disanalah cinta dapat berkembang.

Bagi mereka, Kepentingan menghaluskan wajah tidak mengalahkan kepentingannya untuk menghaluskan jiwanya, karena kecantikan yang murni justru terpancar dari jiwa yang cantik (inner beauty). Kecantikan seperti inilah yang senantiasa tumbuh sepanjang waktu. Jika hal-hal itu sudah dipersiapkan sebaik mungkin dan terpatri menjadi hiasan diri, maka melangkahlah untuk menjemput impian. Namun demikian, perlu juga rasanya untuk melatih menata hati dan berjiwa besar jika terpaksa harus bertepuk sebelah tangan atau menerima kenyataan diluar harapan. Wallahu a’lam bishshowaab (Bayu Gautama)




Minggu, 08 Juli 2007



FK-MASSYA....Rohis buangeetttttttt.....